Bagi Rivaba, kesendirian tidak selalu berkaitan dengan musik mendayu petikan gitar akustik, dan lirik-lirik puitis. Baginya, kesendirian itu bisa jadi keras, kotor bahkan berdistorsi.
Hal itu terdengar jelas dalam materi mini album perdana “Soulitude” yang baru saja ia rilis. “The Fear” pun dilepas mengiringi perjalanan mini album itu.
“The Fear” sendiri nyatanya memiliki musik yang solid dan gagah baik secara bunyi, lirik, dan aransemen musik. “Ada rasa blues yang kuat melekat yang saya mainkan di setiap lagu,”katanya.
Begitu pula pengaruh blues yang dimainkan pada “The Fear” menampilkan sesuatu yang berbeda, membuktikan bahwa blues adalah aliran yang bergerak di mana musisi memiliki kebebasan untuk mengiterpretasinya sesuai jaman.
Blues tidak lagi diterjemahkan sebagai label genre dengan bunyi identik sesuai tradisinya, tetapi blues adalah energi yang menantang untuk diejawantahkan. Mini album “Soulitude” digarap 3 tahun, sebagian besar proses tersebut dilakukan di studio bersama Cipta Gunawan dari Pohontua Creatorium.
“Saat ini, saya sedang mempersiapkan album penuh untuk dirilis bersama Pohontua Creatorium pada akhir tahun ini,”sambungnya.
Lebih lanjut, mini album “Soulitude” pun sudah bisa diperdengarkan di layanan musik digital. Sebagai informasi tambahan, Rivaba merupakan seorang musisi blues asal Bandung yang kini berdomisili di Bali.
Ia akan turut tampil di acara “Pohon Tua Creatorium, The Participles Vol. 01” bersama musisi-musisi yang berada di bawah naungan label Pohon Tua Creatorium yaitu Made Mawut, Soul & Kith, Electric Gypsy, pada tanggal 6 maret 2020 di The Orchard Bar & Resto. “Selain akan tampil full band, saya juga akan menampilkan premiere video musik dari single “The Fear”,”tutupnya. (Red/Dhi/IMC)
ikuti kami di Google News