Akhir tahun 2019 tinggal hitungan hari. Beragam kalangan sudah berduyun-duyun mengeluarkan evaluasi dan prediksi begitu juga prediksi musik Bali, indie dan nasional dari kaca pengamat musik Made Adnyana serta Rudolf Dethu.
Dihubungi secara terpisah melalui pesan singkat whatsapp, Sabtu (28/12/2019) Made Adnyana menjelaskan secara gamblang terkait prediksi trend musik Bali di tahun 2020. Menurutnya, musik pop Bali masih berjalan stagnan baik penyanyi maupun grup band mereka tetap berupaya mengikuti trend dan memanfaatkan internet/ media sosial untuk mempublikasikan karya.
“Makin banyak penyanyi dan musisi yang merasakan perlunya membuat channel tersendiri untuk kepentingan publikasi karya maupun berbagai aktivitas mereka,”katanya.
Menurutnya, trend lagu mungkin ada pergeseran dan cendrung bermain “aman” dengan memakai format akustik atau unplugged. Hal ini dipilih justru karena kesan lebih santai, fresh dan tentunya lebih simple ketika si artis akan perform secara live.
“Selain itu ada juga peluang untuk menguat kembali musik dengan formula ala 90-an, menampilkan lagu dengan lirik santai, bercanda atau gegonjakan, dibalut musik bernuansa dangdut atau campursari bahkan kolaborasi model genjek. Peluang untuk mendaur ulang lagu lama yang pernah ngetop juga sepertinya akan menguat,”terangnya.
Kendati berjamurnya grup band yang muncul, pria yang juga founder dari situs mybalimusic ini menegaskan jika belum ada bahkan masih cukup sulit untuk mendekati terlebih mengalahkan dominasi dua band besar di Bali yakni Joni Agung & Double T atau Lolot Band. “Terkecuali ada yang bisa memunculkan satu karya baru yang benar – benar kuat secara lirik, musik, dan komersial (sesuai jaman, trend),”tutupnya.
Dilain pihak, Rudolf Dethu pengamat musik nasional mengatakan jika trend msuik di tahun 2020 cendrung alami pergeseran. Menurutnya panggung-panggung konser bakal diambil alih oleh DJ-DJ bahkan diprediksi akan terjadi eksploitasi gila-gilaan. “Dj ini yang memimpin koor bareng, nyanyi lagu-lagu Indonesia cemen jaman dulu, yang di-remix,”tuturnya.
Ia juga memberikan gambaran di dua event musik besar seperti Synchronize dan Soundrenaline genre musik koplo remix telah menguasai panggung utama. “Ini tidak mengagetkan dan sambutannya juga cukup gila,”sahutnya.
Ditanya terkait penyebab terjadinya pergeseran, pria bertopi ini dengan tegas mengatakan jika jenuh bukanlah kata yang tepat untuk mewakilkan pergeseran itu namun menurutnya pergeseran terjadi hanya sebatas trend dan itu adalah hal yang wajar. “Bergeser! insan musik terus bergerak, merambah arena baru,”tegasnya.
Ia juga menambahkan pamor Bali tahun depan akan semakin menguat serta secara umum di percaturan musik elektronik dan experimental noise. (Red)
ikuti kami di Google News