INIMUSIK.COM – Saat ini mungkin tidak banyak yang mengetahui bahwa Bali memiliki beberapa studio rekaman sekaligus label musik yang legendaris dan melahirkan banyak musisi besar.
Sebut saja Yong Sagita, A. A. Made Cakra, Tut Bimbo, Raka Sidan, Lolot, hingga Widi Widiana yang terlahir dari label ini. Tak hanya melahirnya musisi dan penyanyi, label ini juga merambah pada industri seni lainnya seperti gambelan, seni pewayangan hingga kidung.
Nama-nama seperti Aneka Record, Maharani Record, Bali Record, Canting Camplung, Pregina Music, hingga Jaya Giri Record telah menorehkan jejak emas. Namun seiring perkembangan dan juga semakin pesatnya perkembangan teknologi, studio rekaman ini pun bahkan ada yang sudah tutup ada juga yang beralih fungsi menjadi sanggar seni.
Bali Record
Bicara soal studio rekaman legendaris di Bali, Bali Record layak disebut sebagai salah satu pelopor. Berdiri sejak era 1970-an, Bali Record fokus merekam musik tradisional Bali, khususnya gamelan gong kebyar, yang menjadi ikon festival-festival musik di pulau ini. Jamin Widjaja alias Amin Cenglie merupakan sosok di balik Bali record.
Menurut catatan Insitu Recordings, Bali Record membedakan diri dari kompetitornya dengan pendekatan autentik: merekam langsung di lokasi festival dengan peralatan sederhana namun inovatif untuk zamannya. Tanpa proses mixing modern, jika ada kesalahan, rekaman harus diulang dari awal—sebuah bukti dedikasi pada kualitas.
Bali Record tidak hanya merekam, tetapi juga mendokumentasikan budaya. Katalog mereka mencakup karya-karya dari kelompok gamelan ternama seperti Sekehe Gong Puspa Werdi dan Gong Gede STSI Denpasar. Album seperti Tabuh Lelambatan Klasik dan Semar Pegulingan menjadi bukti bagaimana Bali Record menjaga warisan budaya sambil memperkenalkannya ke dunia. Alamatnya di Jalan Durian No. 12, Denpasar, pernah menjadi pusat kreativitas musisi Bali.
Aneka Record
Jika Bali Record adalah rumah gamelan, Aneka Record di Tabanan adalah pionir musik pop Bali. Berlokasi di Jalan Gajah Mada No. 37, Aneka Record dikenal karena merekam lagu-lagu pop dengan sentuhan gamelan, menciptakan perpaduan unik yang digemari di era 1980-an hingga 1990-an. Dari sini juga banyak musisi Bali lahir seperti Tut Bimbo, Yong Sagita, Widi Widiana hingga Yan Srikandi.
Meski kini kejayaannya meredup seiring perkembangan teknologi digital, Aneka Record tetap menjadi legenda di hati penggemar musik Bali.
Maharani Record
Maharani Record memiliki tempat khusus di hati pecinta musik instrumental. Berfokus pada komposisi tanpa vokal, label ini menciptakan karya-karya yang sering digunakan sebagai pengiring tari Bali atau meditasi. Menurut Insitu Recordings, Maharani Record memilih jalur berbeda dari Bali Record dan Aneka Record dengan menonjolkan kepekaan artistik dalam aransemen instrumental.
Studio ini pernah menjadi magnet bagi musisi yang ingin menciptakan karya dengan nuansa spiritual. Dengan peralatan rekaman yang terus diperbarui, Maharani Record mampu menghasilkan suara jernih yang menggambarkan keindahan Bali. Maharani Record terakhir kali masih beralamat di Jl. Gajah Mada Denpasar.
Canting Camplung, Pregina Music, dan Jaya Giri Record
Selain tiga raksasa di atas, Bali juga memiliki studio dan label lain yang tak kalah menarik. Canting Camplung, misalnya, dikenal sebagai studio yang mendukung musisi independen. Meski tidak sebesar Bali Record, Canting Camplung memiliki basis penggemar setia berkat pendekatan yang lebih personal dan fleksibel dalam produksi musik.
Pregina Music, di sisi lain, fokus pada genre pop dan kontemporer. Studio ini lebih dikenal sebagai tempat lahirnya band rock asal Denpasar, Lolot. Sementara itu, Jaya Giri Record lebih dikenal sebagai tempat lahirnya nama-nama besar seperti Nanoe Biroe, 4WD, Bintang hingga Margi.
Tantangan dan Masa Depan Studio Rekaman Bali
Industri musik Bali tidak lepas dari tantangan. Era digital dan platform streaming seperti Spotify telah mengubah cara musik diproduksi dan dikonsumsi. Banyak studio legendaris seperti Aneka Record dan Maharani Record kesulitan bersaing dengan teknologi baru.
Namun, Bali Record dan label lain tetap bertahan dengan mengandalkan keunikan budaya lokal. Sementara itu, studio modern seperti Aya Studios dan Soma Sound Studios menunjukkan bahwa Bali masih relevan di panggung musik global.
Ke depan, kolaborasi antara studio tradisional dan modern bisa menjadi kunci. Dengan menggabungkan warisan gamelan dan teknologi mutakhir, Bali berpotensi melahirkan karya-karya yang mendunia. Dukungan dari komunitas lokal dan pemerintah juga penting untuk menjaga studio legendaris tetap hidup.
***ikuti kami di Google News








