Bali belakangan ini mulai diperhitungkan skena musik yang membalutnya. Seperti halnya Robokids membawa warna baru dalam skena musik Bali. meski terbilang baru, geliatnya untuk industri musik cukup diperhitungkan.
“Kita orang baru, kita resmi berdiri pertengahan 2019 dan sejauh ini dua single telah kami perkenalkan,” kata Metta ketika diwawancarai Jumat, (3/1/2020) di Antida Soundgarden Jl Waribang, Denpasar.
Band yang digawangi oleh Dede (vokal, bass), Angga (gitar), Metta (syntesizer, vokal), Abeng (drum) ini sepakat untuk mengusung Modern New Wave sebagai kiblat dalam bermusik.
Iklim musik di Bali yang universal dan cenderung ekploratif ini yang mendukung mereka untuk berkretifitas dan membakar semangat mereka untuk ada.
“Harus kami akui, di Bali masuk ke skena Bali relatif lebih mudah jika dibandingkan dengan wilayah lain,”sambung Dede sembari memberi kode jika mereka segera akan luncurkan EP.
Robokids merupakan wujud dari Metta, Abeng, Angga, dan Dede dalam bermusik. “Ketika kami ngebend atau bermusik, kami harus senang dan ceria layaknya anak kecil, itulah yang jadi inspirasi kami,” ungkap Metta.
Mereka pun mengatakan jika inspirasi bermusik mereka adalah Culture Club, Talk Talk, Duran Duran, Depeche Mode, SoftCell, A-ha dan Baltimora. “Dan di Bali, sepertinya belum ada deh musisi yang beraliran new wave, tapi kalo di dalam negri ada The Upstair,” tambahnya.
Setiap personil Robikids memiliki latar belakang yang berbeda dengan genre yang kini diusungnya. Di gitar, Angga tak lepas dari balutan Rock di band terdahulunya di Sumbawa, basis Dede dengan latar belakang punk yang kerap kali ia bawakan sewaktu masih di Bandung, dan Metta yang telah sebelumnya bermusik di Surabaya.
“Awalnya memang ada kesulitan untuk memadukan, namun lama kelamaan kami merasakan keseruan tersendiri dalam berekplorasi,”lugas Dede.
Nuansa robotik memang tak bisa jauh dari new wave. Sebagai landasan berkarya, new wave bukanlah genre baru. Ini merupakan sub variasi musik disko yang begitu ngetren pada era 80′ an.
Bahkan, genre itu sempat nge-hype di Indonesia, ditandai dengan hadirnya beberapa musisi seperti Martini and the Step, Acan Rachman 80’s rules yang sempat menginfluence banyak kalangan muda waktu itu untuk mengekplorasi dan mulai memperdengarkan lagu-lagu new wave.
Balutan syntesizer merupakan modal utama dalam new wave. Musik ala techno nan robotic sempat digandrungi kalangan muda Indonesia tempo itu. Namun, lambat laun peminat genre ini sempat surut akibat tenggelam oleh rock meroket di era 90′ hingga awal dekade 2000’an.
“Kalau harapan, di 2020 ini kami berharap semoga karya kami mulai bisa diterima masyarakat, selain itu bisa mewarnai musik di Bali,” harap Metta. (Red/ Dhi/IMC)
ikuti kami di Google News